Selasa, 29 September 2009

D. Fungsi Teater

Awalnya teater tradisi dibuat sebagai tujuan sarana upacara adat istiadat. Tradisi Ruwatan, dan Bersih desa (Slametan Kampung) banyak yang menggunkan teater sebagai sarana kelengkapan uapcara adat tersebut. Misalnya Kebo-keboan, Perang Bakat, Barong Ider Bumi dan lain sebagainya.
Keberadaan teater daerah di Nusantara selanjutnya mempunyai fungsi masing-masing dalam kehidupan sehari-hari. Sebut saja misalnya seseorang menonton Wayang Kulit apa yang dia dapatkan sepulang dari menonton teater tersebut. Seorang mungkin akan mendapatkan ajaran-ajaran yang penting yang disampaikan dalam lakon tersebut. Dalam hal ini teater berfungsi sebagai sarana informasi dan sarana pendidikan sebagai penyampai pesan kepada masyarakat.
Sebagaian orang mungkin juga merasa terhibur dengan lawakan-lawakan dari para punakawan maupun Limbukan, ini teater berfungsi sebagai hiburan. Fungsi yang lain adalah sebagai media berekspresi.

E. Merancang Pertunjukan Teater Daerah

Taeter dapat didefinisikan dalam arti yang luas dan sempit. Dalam arti yang luas taeter adalah segala tontonan yang dipertunjukan di depan orang banyak misalnya, ludruk, ketoprak, wayang orang, Mocoan Campursari, Janger ( Damarwulan), Jaranan, akrobat, sulapan dan lain sebagainya. Dalam arti sempit teater dapat dijelaskan sebagai kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan kembali diatas pentas, dan disaksikan orang banyak. Pertunjukan tersebut menggunakan media :

a. Percakapan,
b. Gerak dan Laku,
c. dengan atau tanpa Dekor,
d. didasarkan pada Naskah Tertulis (hasil seni sastra) ,
e. dengan atau tanpa Musik,
f. Nyanyian dan Tarian.

Menurut uraian diatas, pementasan teater harus berdasarkan pada naskah tertulis. Pengertian berlaku karena pengaruh dari perkembangan teater barat modern. Dengan begitu bukan berarti teater tanpa naskah tertulis tidak digolongkan sebagai teater. Teater dengan naskah tertulis hanya digunakan sebagai penanda awalnya teater modern. Teater tradisi atau daerahbanyak yang menggunakan cerita daru mulut ke mulut sebagai sumber utama cerita dan bahan dasar ekspresi. Tetapi pada perkembangan lebih lanjut banyak teater daerah yang sudah menggunakan naskah tertulis sebagai sumber scerita utamnya. Oleh karena itu teater daerah diberi batasan dengan seni pertunjukan yang memiliki ciri-ciri khas daerah tertentu. Misalnya saja adalah bahasa yang digunakan sebagai percakapannya.

Teater daerah dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Teater Tradisional
2. Teater Daerah Baru


1. Macaan Aljin

Macaan Aljin adalah bentuk teater tradisional khas Banyuwangi. Teater komedi ini sering dinilai menggunakan prinsip-prinsip teater modern, misalnya dari bentuk pangung yang lebih bebas dengan panggung arena serta dialognya yang begitu mengalir bebas penuh improvisasi. Bahkan penonton sering dilibatkan dalam dialog interaktifnya. Lakon yang dibawakan adalah lakon kehidupan sehari-hari seperti Mak Kuwalon, bahkan terkadang juga lakon-lakon yang lebih serius seperti Minak Jinggo Dayun. Macaan Aljin memberikan guyonan segar yang begitu dominan pada pementasannya sehingga, Aljin lebih dekat dengan dagelan dari Jawa Tengah. Dalam setiap pementasannya Macaan Aljin selalu membawakan Macaan atau membaca kitab Barjanji yang berisi ajaran ajaran islam , dari macaan inilah teater ini sangat khas dan berbeda dengan lainnya. Alat musiknya yang digunakan adalah gamelan Banyuwangian seperti musik Gandrung ditambah dengan angklung atau juga ditambah dengan rebana dan Jidor. Tokohnya adalah Aljin penggagas sekaligus aktor utama dari Macaan Pacul Gowang, juga ada Januri, dan Onah anggota dari Pacul Gowang. Sekarang Pacul Gowang dari Gentengwetan sendiri sudah bubar dan konsep-konsepnya diteruskan oleh Mesran dan Jubaidi dari Rogojampi.